Di Indonesia sendiri pengguna CDMA masih terbilang sangat banyak. Dan sekarang ada isu bahwa sebentar lagi CDMA di Indonesia akan mati, apakah benar atau tidak? Berikut informasinya seperti yang dikutip dari MEREDEKA.com.
Teknologi Code Division Multiple Access atau CDMA sebentar lagi akan mati. Padahal, di Indonesia teknologi tersebut masih jamak digunakan.
Celakanya, bila CDMA tidak bisa dioperasikan lagi di Indonesia, maka operator bersangkutan harus segera bermigrasi ke LTE. Hal ini berarti juga memaksa para pelanggan CDMA untuk berganti perangkat dan teknologi.
Di Indonesia, sebenarnya banyak vendor telekomunikasi yang masih menggunakan CDMA sebagai basis jaringan mereka. Penggunanya pun juga tidak sedikit, hal ini yang kemudian membuat CDMA tetap tumbuh subur di sini.
Lantas, siapa saja operator yang akan terkena imbas jika CDMA ini tak berlaku lagi di Indonesia? Simak ulasannya berikut ini.
5. Ceria
Ceria merupakan layanan seluler yang dimiliki oleh PT Sampoerna Telekomunikasi Indonesia dan hadir sejak 2006. Di Indonesia, Ceria juga menawarkan solusi telkomunikasi berbasis CDMA.
Ceria sendiri fokus menawarkan layanan selulernya di lokasi pedesaan atau tempat terpencil yang selama ini kurang diperhatikan operator seluler nasional. Jika Ceria tak bisa beroperasi dengan FWA, maka pengguna telekomunikasi di pedesaan pun harus mencari alternatif lain.
4. esia
esia merupakan layanan seluler berbasis CDMA yang dimiliki oleh PT Bakrie Telecom. Produk ini juga kemudian dikembangkan dengan nama AHA yang berfokus pada penyedia layanan internet berbasis CDMA.
esia dan AHA sendiri menggunakan teknologi CDMA EV-DO Revision A untuk memenuhi kebutuhan akses penggunanya. Jika CDMA mati, maka layanan mereka yang memiliki kecepatan hingga 3,1 Mbps pun tak akan bisa diakses.
3. Flexi
Flexi merupakan pelopor penyedia saluran telekomunikasi seluler berbasis CDMA di Indonesia. Produk satu ini merupakan milik BUMN PT Telekomunikasi Indonesia (Persero).
Flexi sendiri selama ini juga berhasil menyelenggarakan sambungan data dengan teknologi EV-DO setara 3,5G. Namun, berbeda dengan Smartfren yang mampu menyelanggarakan EV-DO Revision B Fase 2 (hingga 14,7 Mbps), Flexi berbeda satu tingkat di bawahnya dengan EVDO Revision B Fase 1 (hingga 10 Mbps).
2. StarOne
StarOne merupakan merek dagang milik Indosat yang khusus melayani pengguna ponsel CDMA. Namun berbeda dengan layanan Indosat lainnya, StarOne bisa dianggap sebagai produk yang kurang banyak diminati.
Oleh karenanya, setelah santer terdengar kabar bahwa FWA akan dihapus dari Indonesia, Indosat mengambil langkah antisipasi untuk menyelamatkan para pelanggan StarOne tersebut. Salah satu caranya adalah dengan memindahkan sekaligus 3 ribu pelanggan FWA ke seluler Indosat.
Selama ini, Indosat memang seperti menganaktirikan StarOne. Bahkan pelanggannya dari semua berjumlah sekitar 300 ribu kini hanya menyusut hingga hanya 3 ribu orang.
Jangankan membangun dan memperluas jaringannya sesuai dengan komitmen dalam lisensi modern, memberikan layanan dan mempertahankan pelanggan yang sudah ada pun kurang serius dilakukan.
1. Smartfren
Smartfren atau yang dikenal juga dengan PT Smartfren Telecom merupakan salah satu pemain besar di industri telekomunikasi nirkabel Indonesia yang menggunakan lisensi Fixed Wireless Access (FWA). Selama ini, mereka fokus mengembangkan telekomunikasi dengan jaringan CDMA di Indonesia dengan teknologi EV-DO Revision B 2 yang kecepatan transfer datanya disebut mampu mengungguli teknologi 3,5G.
Jika CDMA mati, maka baik pengguna maupun pihak Smartfren akan merugi besar. Hal ini dikarenakan Smartfren masih jadi salah satu penyedia layanan internet yang banyak dicari orang Indonesia.
Salain itu, smartphone CDMA yang dibungkus dalam produk Andromax pun banyak dicari orang. Jika diminta pindah ke LTE, maka perangkat ini tak akan bisa lagi digunakan.
No comments:
Post a Comment